Selasa, 20 Agustus 2019

Buruknya Kualitas Udara Di Jabodetabek

Halo dear.



Kalian Merasa gak kalau beberapa pekan ini terlihat kabut atau embun yang menutup pandangan, ketika melihat gedung-gedung pencakar langit ibu kota? Warna langit lebih sering kelabu, padahal tidak mendung. Kalau jawabannya iya, itu polusi udara! Polusi udara di Jakarta menjadi pembahasan yang hangat belakangan ini.

Salah satu situs yang menyediakan angka pengukuran kualitas udara, yakni AirVisual menunjukkan tingkat pencemaran udara di Jakarta sebulan terakhir, masuk kategori tidak sehat. Pada kamis 1 agustus 2019 ini, Air Quality Index (AQI) Jakarta, berada di angka 135. Artinya, kualitas udara di Jakarta tidak sehat. Untuk diketahui, AirVisual merupakan situs penyedia peta polusi online harian kota-kota besar di dunia.


Selain jakarta, ternyata Kota bekasi juga mengalami permasalahan polusi juga loh, bahkan Pemerintah Kota Bekasi memetakan wilayah yang mengalami pencemaran udara cukup tinggi. Ada empat titik yang mengalami pencemaran debu, seperti di persimpangan Jalan Chairil Anwar dengan Jalan Joyomartono, Jalan Raya Narogong KM 12 atau depan Pasar Bantar Gebang, Jalan Kaliabang di persimpangan Kaliabang Bungur, dan Pasar Sumber Arta tepatnya di simpang Jalan Raya Kalimalang dengan Jalan Kincan.

Kualitas udara di Kota Bekasi


AirVisual menunjukan bahwa kualitas udara di Kota Bekasi menunjukkan angka 178. Merujuk pada angka tersebut level udara dikota Bekasi dikategorikan tidak sehat. Polusi disebabkan semakin banyaknya kendaraan yang hilir mudik.
Ngaku deh warga Bekasi kalau kalian lebih suka naik kendaraan pibadi daripada kendaraan umum? Karena memang mayoritas kendaraan yang melintas di Bekasi adalah kendaraan pribadi.

Campaign Jalan Hijau



Campaign Jalan HIjau merupakan Campaign yang dilakukan oleh BPTJ dengan tujuan mendorong/mengajak masyarakat untuk berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki.

Kenyataan bahwa lalu lintas memiliki permasalahan besar yaitu kemacetan dengan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan masih belum maksimalnya pemanfaatan angkutan umum massal dan aktifitas berjalan kaki. Bahkan terdapat kecenderungan jarak-jarak tertentu yang seharusnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki namun masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor.



Fakta menunjukkan bahwa kemacetan menjadi faktor terbesar dalam permasalahan polusi udara yang berdampak serius bagi kesehatan. Selain itu tingginya penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor menyebabkan kecenderungan masyarakat menjadi kurang bergerak sehingga resiko terkena penyakit non infeksi menjadi semakin tinggi pada usia muda.



Saat ini rata-rata orang Indonesia sangat minim dalam hal berjalan kaki, rata rata hanya 3000 langkah/hari, seharusnya minimal 6000 langkah/hari atau idealnya 10.000 langkah/hari. Kondisi ini menyebabkan faktor resiko terkena penyakit non infeksi di Indonesia karena kurang gerak fisik berdasarkan data dari Kemenkes meningkat dari semula 26,1 % (2017) menjadi 33,5 %. Malas bergerak dapat memicu datangnya berbagai penyakit kronis seperti diabetes, kanker, jantung dan lain-lain.

Guna mengadakan Campaign Jalan hijau ini BPTJ bersama Kementerian Perhubungan dan taruna STTD turun ke jalan untuk menyampaikan pesan-pesan apresiasi kepada masyarakat yang telah melakukan kegiatan berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum serta ajakan untuk menggunakan angkutan umum bagi mereka yang masih menggunakan kendaraan pribadi.



Penyampaian pesan dilakukan baik dengan poster oleh petugas, pembagian masker, pin, kipas dan tumbler yang kesemuanya memuat pesan-pesan tentang berjalan kaki dan naik angkutan umum massal. Kegiatan berlangsung Senin 19/8/2019 sampai dengan Kamis 22/8/2019 di Jakarta, Depok dan Bekasi.

BPTJ membagikan souvenir bagi mereka yang dengan kesadaran sendiri melakukan hal tersebut secara langsung telah memberikan kontribusi dalam mengurangi kemacetan dan sekaligus kesehatan lingkungan.

Jadi kalau kalian masih komplain atas buruknya kualitas udara di Jabodetabek coba diingat-ingat kembali kalian sudah memberikan kontribusi apa? Sudah naik kendaraan umum? sudah berjalan kaki? 

4 komentar:

Bunga Lompat mengatakan...

Assalamualaikum mba Nur Dalila :D
Perkenalkan saya Zahrah dari zahrahnida.com , sesama anggita WAG IHB hehe.

Semoga bisa jadi teman baik ya kak :D

Btw saran nih, mungkin bsia ditambahin widget pengikut blog supaya mudah dapat notifikasi artikel terbaru :D

Jingga mengatakan...

malah polusi memang menjadi kendala di kota besar namum kesadaran masyarakat akan hal itu masih minim,semoga kegiatan seperti campaign jalan hijau makin banyak diselenggarakan agar masyarakat makin berperan aktif, terimakasih sharing nya, semoga sukses

Nur Dalilah Putri mengatakan...

Hai kak
Waalaikumsalam 😊
Terima kasih banyak untuk masukannya yaaa

Nur Dalilah Putri mengatakan...

Halo kak Jingga

Aamiin, saya pun berharap demikian

Terima kasih banyak sudah mampir

Kodrat Perempuan Cuma Jadi ART Setelah Nikah, Emang iya?

Terlahir di Negara dengan budaya ketimuran membuatku harus mengikuti adat yang sudah berjalan di Masyarakat. Mau tidak mau harus menjalankan...