Selama masih bisa diobati sendiri saya gak pernah mau ke dokter. Seperti kalau badan sakit-sakit paling saya pijat dan minum obat warung.
Sering banget pasti kita merasakan nyeri-nyeri di sendi kita. Kalau saya biasanya beranggapan itu hal yang biasa. Penyebabnya bisa karena kelelahan dan juga reumatik. Gak pernah sih saya nyeri-nyeri terus ke dokter, menurutku agak "Lebay" sih.
Padahal ada penyakit kronis yang gejala awalnya tidak berat seperti nyeri-nyeri sendi. Justru karena dianggap remeh nyeri sendi yang dibiarkan tersebut dapat menjadi Ankylosing Spondylitis (AS) atau Psoriatic Arthritis (PsA).
Untuk saya pribadi, dua penyakit yang saya sebutkan tadi sangatlah asing. Jangankan tau, untuk menyebutnya saja saya kesulitan. Beruntung saya dan rekan-rekan blogger mendapat undangan untuk menghadiri sebuah konferensi pers di Jakarta yang membahas tentang dua penyakit yang sangat asing ini.
Dihadiri oleh dr. Adhiatma Prakasa Gunawan sebagai pasien Ankylosing Spondylitis (AS), drg . Rio Suwandi sebagai pasien Psoriatic Arthritis (PsA), DR. dr. Rudi Hidayat, SpPD-KR sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi dan juga Mr Jorge Wagner sebagai Presiden Direktur serta perwakilan Novartis Indonesia.
Ankylosing Spondylitis (AS)
Source by mayoclinic.org |
Ankylosing Spondylitis (AS) merupakan penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat. Respon imun yang tidak normal ini menyebabkan radang pada sendi tulang belakang. Penyakit ini membuat ruas tulang belakang menyatu, hingga penderita mengalami kesulitan bergerak, menjadi bungkuk dan kesulitan bernafas.
Ankylosing Spondylitis (AS) lebih banyak diderita oleh kaum pria dibandingkan wanita sehingga pria memiliki peluang 3x lebih tinggi daripada wanita. Penyakit ini bisa terjadi disegala usia, tapi umumnya mulai berkembang diusia 20 tahunan.
Penyebab
Untuk penyebab jelas Ankylosing Spondylitis (AS) ini belum diketahui secara pasti namun para ahli menduga bahwa penyakit ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Gejala
Ankylosing Spondylitis (AS) adalah penyakit yang mirip dengan Psoriatic Arthritis (Psa).
Gejala-gejala yang muncul :
- Peradangan
- Sakit dan Kaku pada tulang belakang serta sendi-sendi
Gejala ini bisa terjadi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Bahkan terkadang gejalanya juga datang dan ergi.
Gejala Ankylosing Spondylitis (AS) juga disertai dengan kondisi :
- Kelelahan (Mudah merasa lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas)
- Entesis (Peradangan yang terjadi ditempat melekatnya ligamen dan tendon dengan tulang)
- Artritis (Terjadi peradangan sendi pada bagian tubuh lain seperti sendi panggul dan lutut)
Diagnosis
Diagnosis awal Ankylosing Spondylitis (AS) akan dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala namun untuk memperkuat diagnosis harus dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes laboratorium dan tes radiologi. Sangat penting untuk kita bisa peka mengetahui gejala dan segera melakukan pemeriksaan saat gejala mulai timbul.
Pengobatan
Segala penanganan yang diberika bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, memperbaiki kelainan postur tubuh, mencegah kecacatan dan meningkatkan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara normal. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengobati Ankylosing Spondylitis (AS) :
- Olahraga (Mengurangi kaku pada otot dan memperkuat otot sekitar sendi, mengurangi resiko kecacatan. Renang biasa dipilih sebagai opsi pengobatan Ankylosing Spondylitis (AS))
- Fisioterapi (Membantu mengembalikan fungsi tubuh secara normal dan membantu mengurangi resiko cacat permanen)
- Obat-Obatan Konvensional
- Obat-Obatan Biologik
- Operasi (Opsi terakhir jika pasien mengalami kerusakan sendi yang parah. Tujuannya untuk mengganti sendi yang rusak dengan sendi tiruan)
Psoriatic Arthritis (PsA)
Source by practicalpainmanagement.com |
Psoriatic Arthritis (PsA) adalah penyakit yang mirip dengan Ankylosing Spondylitis (AS) bedanya Psoriatic Arthritis (PsA) menyebabkan peradangan sendi serta kelebihan produksi sel-sel kulit.
Berbeda dengan AS, pada Psoriatic Arthritis (PsA) pria dan wanita memiliki resiko yang sama. umumnya penyakit ini menyerang di seseorang yang berusia antara 30-50 tahun.
Penyebab
Sama seperti AS penyebab jelas Psoriatic Arthritis (PsA) juga belum diketahui secara pasti apa penyebab dari penyakit ini.
Gejala
Psoriatic Arthritis (PsA) biasanya diawali dengan
- Bengkak pada jari kaki dan tangan. terlihat jelas adanya kelainan bentuk ditangan atau kaki penderita sebelum mengalami gejala sakit sendi yang signifikan.
- Terjadi kelainan kulit berupa Psoriasis
- Nyeri pada kaki terutama pada titik dimana tendon dan ligament menekan pada tulang dibagian belakang tumit atau ditelapak kaki
- Nyeri pada punggung bagian bawah.
Diagnosis
Pemeriksaan yang sama seperti pada saat pemeriksaan AS juga diperlukan untuk mendiagnosa Psoriatic Arthritis (PsA) dan pemeriksaan tambahan yaitu Pemeriksaan Gen HLA B-27 sebagai prediktor PsA.
Pengobatan
Penanganan dan tindakan yang diberikan kepada penderita hanya bertujuan untuk menekan peradangan pada sendi sehingga dapat mengurangi nyeri dan mencegah kecacatan.
- Terapi panas dan dingin
- Injeksi steroid untuk mengurangi peradangan secara cepat
- Obat anti inflamasi non steroid (Dapat meredakan nyeri dan mengurangi peradangan)
- Obat anti reumatik (Dapat memperlambat berkembangnya Psoriatic Arthritis (PsA) dan menghindari kerusakan permanen pada sendi dan jaringan tubuh lain)
- Pengobatan biologik
- Operasi (Sendi yang sudah rusak parah akibat Psoriatic Arthritis (PsA) akan diganti dengan sendi buatan melalui operasi)
Bulan Januari lalu, Secukinumab telah mendapatkan persetujuan BPOM untuk mengobati Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA). Secukinumab dinilai dapat membantu pasien Psoriasis untuk mendapatkan kembali kulit yang bersih hingga 90%.
Menurut Dr. Rudy Hidayat, SpPD-KR "Tersedianya Secukinumab sebagai salah satu pilihan terapi agen biologik diharapkan dapat membantu menjawab kebutuhan pengobatan pasien AS dan PsA di Indonesia agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik"
Berbanding lurus dengan komitmen Novartis Indonesia dalam meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat seputar isu kesehatan.
" Pasien adalah prioritas kami yang utama. Sebagai perusahaan kesehatan yang inovatif, Novartis berupaya untuk terus-menerus menemukan cara baru untuk meningkatkan kualitas hidup para pasien kami melalui penyediaan obat-obatan yang berkualitas, program-program edukasi kesehatan, serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait" ujar Mr. Jorge Wagner
" Pasien adalah prioritas kami yang utama. Sebagai perusahaan kesehatan yang inovatif, Novartis berupaya untuk terus-menerus menemukan cara baru untuk meningkatkan kualitas hidup para pasien kami melalui penyediaan obat-obatan yang berkualitas, program-program edukasi kesehatan, serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait" ujar Mr. Jorge Wagner
Novartis telah turut andil selama puluhan tahun di Indonesia. Melalui program Continuous Medical Education (CME), Novartis berhaasil melatih lebih dari 10.000 dokter dari berbagai area spesialis dalam 3 tahun terakhir.
Tentang Novartis
Novartis merupakan inovasi pengobatan untuk meningkatkan dan memperpanjang kehidupan para pasien. Sebagai perusahaan global terkemuka, Novartis menggunakan sains yang inovatif dan teknologi digital untuk menciptakan perawatan yang transformatif pada bidang medis yang memiliki kebutuhan.
Dalam perjalanan Novartis untuk menemukan pengobatan baru, Novartis konsisten menduduki peringkat diantara perusahaan-perusahaan top dunia yang berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan. Produk Novartis menjangkau hampir 1 miliar orang di seluruh dunia dan Novartis menemukan ccara-cara inovatif untuk memperluas akses ke perawatan terbarunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar