Rabu, 21 Februari 2024

Kodrat Perempuan Cuma Jadi ART Setelah Nikah, Emang iya?

Terlahir di Negara dengan budaya ketimuran membuatku harus mengikuti adat yang sudah berjalan di Masyarakat. Mau tidak mau harus menjalankan tradisi yang sangat mendewakan laki-laki dan merendahkan, memperbudak, bahkan terkadang tidak menghargai sama sekali jasa-jasa para perempuan. 


Perempuan dituntut untuk mahir mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga (masak, mencuci pakaian, menyetrika, membereskan rumah, menjaga dan mengurus segala keperluan anak, dan lain-lain) dengan alasan bahwa semua pekerjaan tersebut merupakan tugas seorang perempuan. 

Bahkan sejak kecil anak-anak perempuan sudah diajarkan dan dibiasakan untuk mengerjakan semuanya agar ketika mereka sudah menikah maka anak-anak perempuan sudah memiliki semua keahlian tersebut untuk dapat menyenangkan dan membahagiakan laki-laki yang akan menjadi suaminya nanti. 

Namun anak laki-laki tidak dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas juga seperti halnya didikan terhadap perempuan. 

Tugas laki-laki (suami) hanyalah bekerja di luar rumah. Karena laki-laki dianggap sudah capek bekerja di luar, istri tidak dibenarkan untuk menyuruh suaminya membantu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (meskipun sebenarnya mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga juga sama capeknya). Lalu saat berada di rumah mertuanya, perempuan sering diperlakukan seperti pembantu rumah tangga yang harus mengurusi segala pekerjaan domestik yang ada karena pekerjaan domestik dianggap merupakan tanggung jawab perempuan. 

Ada juga kondisi yang berbeda, ketika perempuan dituntut untuk harus bekerja juga seperti laki-laki, tapi laki-laki tidak dituntut untuk harus bisa mengerjakan seluruh pekerjaan domestik yang biasa dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki / suami ketika pulang kerja harus dibiarkan istirahat, tapi perempuan / istri yang bekerja diluar dan merasakan lelah yang sama sepulang dari bekerja, tetap harus melayani suami dengan segala keperluannya dan ditambah lagi harus merampungkan semua pekerjaan domestik yang belum terselesaikan karena tadi ia harus bekerja di luar rumah. 

“Percuma punya anak-anak perempuan, tapi rumah tidak ada rapinya.” 

Kalimat ini tentu sering sekali kita dengar bukan? 

Mayoritas masyarakat beranggapan kalau urusan domestik rumah tangga adalah Kodrat Perempuan. Padahal pada kenyataannya kodrat perempuan itu cuma tiga. Menstruasi, hamil, menyusui. Selebihnya itu bukan kodrat. Terlebih dalam urusan rumah tangga, tanggung jawab akan hal domestik adalah tanggung jawab Bersama antara suami dan istri. 

Namun, hingga hari ini masih banyak perempuan yang diperlakukan demikian dengan alasan “Kewajiban sebagai istri adalah patuh dan membahagiakan suami”. Tapi bukan berarti seorang suami bisa dengan semena-mena terhadap istrinya. 

Kadang laki-laki beranggapan kalau aktivitas perawatan itu bukanlah pekerjaan. Padahal jika dihitung jam kerja dan range gaji, tentulah para ibu rumah tangga ini akan sangat besar bayarannya. 

Bagaimana bisa begitu? Tentu! Siapa yang sanggup mengerjakan beberapa profesi dalam satu waktu selain ibu rumah tangga? Menjadi Cleaning Service, Chef, Dokter, Penata rias, Laundry, Guru, Nurse? Apakah para ayah bisa melakukannya tanpa bantuan ibu? 

Rasulullah pun tidak pernah memperlakukan istrinya demikian. Aisyah radhiallahu a’nha berkata yang diriwayatkan oleh Bukhari, rasulullah saw dalam kesibukan membantu istrinya, dan jika waktu salat tiba maka beliau pun pergi salat. 

Bicara Panjang lebar, sekarang saya mau cerita pengalaman pribadi saya.


Semenjak menikah, Alhamdulillah suami saya sangat membantu dalam hal perawatan baik rumah tangga ataupun perawatan orang tua. Sampai dengan saat ini kami masih menerapkan pembagian tugas rumah tangga seperti aku mencuci pakaian, suamiku mencuci piring dll. Suamiku sangat menghargai Perempuan dan sering kali memberikan reward sederhana yang justru menghangatkan hati. 

Perempuan itu sebenarnya gak butuh hadiah cincin berliat berkarat-karat. Cukuplah kalian puji masakannya enak, ucapkan terima kasih atas usahanya hari ini, dengarkan keluh kesahnya, ajak kencan berdua. Wahhh dijamin istri gaakan cemberut deh. 

Suami saya sering sekali memberikan bantuan kecil dalam rumah tangga seperti membantu memasak, mengurus rumah, mengasuh anak-anak saat saya bekerja bahkan sampai memberikan jatah cuti bulanan untuk saya dapat menghabiskan waktu bersama teman-teman saya. 


Ngomong-ngomong soal kerja perawatan dan Perempuan, beberapa hari lalu saya menghadiri sebuah workshop insightful yang diadakan oleh ILO Indonesia & vosFoyer. Workshop yang membuat saya sangat bersyukur karena memiliki suami yang faham akan sulit dan beratnya menjalani pekerjaan perawatan dan bersedia menggantikan saat saya butuh bantuan. 


Gak semua Perempuan seberuntung saya, banyak dari kami yang justru harus berjuang sendirian mencari nafkah, mengurus keluarga serta melakukan banyak hal sekaligus. Kali ini saya akan share 1 hal yang menurut saya, kalian harus tau. 

Dalam kehidupan rumah tangga, wajib hukumnya untuk kita menerapkan pola 5R. Apa itu 5R? 

1. Recognize 

Mengenali bahwa pekerjaan perawatan merupakan aktivitas bernilai produktif untuk mencapai kesejahteraan psikologis, fisik dan sosial 

2. Reduce 

Mereduksi beban ganda Perempuan dalam tugas perawatan melalui keterlibatan setara dari pihak yang berkepentingan (dalam hal ini adalah pasangan) 

3. Redistribute 

Distribusi ulang beban ganda Perempuan kepada beragam pihak yang berkepentingan (dalam hal ini adalah pasangan) 

4. Reward 

Dalam hal ini, Perempuan dan pekerja perawatan yang membantu keluarga-jika ada 

5. Representation 

Keterwakilan suara Perempuan dalam Menyusun kebijakan. 

Nah gimana dengan pasangan kalian dirumah? Sudah menerapkan 5R ini? atau masih dengan aturan jadul dimana suami adalah raja yang harus dilayani? 

Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya!

Tidak ada komentar:

Kodrat Perempuan Cuma Jadi ART Setelah Nikah, Emang iya?

Terlahir di Negara dengan budaya ketimuran membuatku harus mengikuti adat yang sudah berjalan di Masyarakat. Mau tidak mau harus menjalankan...