Di bulan
Desember lalu, Tam demam. Aku fikir hanya demam biasa efek kelelahan atau
dampak setelah beberapa kali mandi hujan jadi untuk mengatasinya aku memberikan
Paracetamol syrup hampir setiap 4 jam karena demamnya hanya turun sebentar
setelah minum obat lalu setelahnya akan kembali naik hingga 39,3°C, demam ini
berlangsung 2 hari sebelum akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke RS saat
Tam sudah mulai lemas & wajahnya mulai pucat. Sempat terfikir
“jangan-jangan DBD”. Karena memang beberapa waktu terakhir ini mulai ramai
terdengar kalau Demam Berdarah Dengue mulai merebak.
Demam berdarah
dengue (DBD) disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Masa inkubasi DBD adalah 4-7
hari. Jadi, ketika seseorang terinfeksi virus DBD, gejalanya akan terlihat
dalam waktu 4-7 hari. Maka, ketika Tam demam, aku perhatikan gejalanya. Aku
nggak yakin itu DBD, karena aku merasa sudah maksimal menjaga kebersihan rumah
dengan 3M.
Meskipun
begitu, melihat kondisi Tam yang sudah lemas & Pucat, aku langsung
memutuskan untuk membawa Tam ke RS untuk cek darah di laboratorium. Langkah
tersebut aku ambil sebenarnya hanya untuk memastikan apa penyebab demamnya
& treatment apa yang selanjutnya harus diambil untuk kesembuhannya. Sungguh
sama sekali gak terfikir kalau Tam yang baru berusia 3 tahun harus menderita
DBD yang kita tahu adalah penyakit mematikan bahkan bisa menyebabkan
kematian.
Saat hasil cek
darah keluar, Tam positif terkena DBD karena nilai trombositnya 10.000. Sedih,
merasa gagal & merasa bersalah pasti. Sebagai ibu, aku merasa aku sudah
gagal merawat dan menjaga kesehatan anakku. Terlebih melihat kondisi Tam yang
memang cuma bisa tiduran sambil merintih, ah hatiku hancur rasanya.
Setelah 2 hari di rawat di RS, suhu tubuh Tam sudah normal & tidak lagi demam namun justru kondisi fisiknya semakin memburuk dengan sesak nafas & menggigil. Long story short Alhamdulillah kami berhasil melewati masa-masa sulit tersebut dan akhirnya Tam bisa kembali pulang ke rumah dalam keadaan sehat.
Rasa bersalah
akan kegagalan menjaga kesehatan anakku sebelumnya membuatku jadi semakin
protektif kepada anak-anak. Aku banyak mencari informasi & edukasi tentang
berbagai macam penyakit berbahaya bagi anak namun prioritasku adalah DBD.
Sampailah di tanggal 21 Maret 2024 dimana Aku & beberapa rekan blogger
serta media diundang untuk hadir dalam Talkshow #Ayo3MPlusVaksinDBD & Buka
Puasa bersama.
Tentu
kesempatan emas ini tidak akan aku sia-siakan. Dihadiri oleh Dr Imran Pambudi,
MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Alvin Saputra,
Praktisi Kesehatan Indonesia & dr Ngabila Salama MKM serta para expert
lainnya.
Talkshow
tentang Demam Berdarah Dengue
Menurut
dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,
Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI, untuk mencapai target nol kematian akibat
dengue di tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat,
“Sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sekror publik,
yaitu pemerintah, dan sektor swasta. Blueprint-nya sudah ada, yaitu Strategi
Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi
pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu
keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati
target <10/10.000 penduduk.”
Dr.
Imran menambahkan bahwa saat ini beberapa daerah telah menetapkan status
Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue, “Implementasi 3M Plus masih memegang peran
yang sangat krusial dalam pengendalian kasus DBD di Indonesia. Sampai dengan
minggu ke-11 tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290
kematian. Di bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB,
seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo. Oleh
karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M
Plus, dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan
vaksin DBD.”
berdasarkan
data dari Kementerian Kesehatan RI, minggu ke 8 tahun 2024 ada 15.997
kasus DBD dengan angka kematian 894 jiwa. Sayangnya sampai saat ini masih ada
kasus kematian akibat DBD. Kelompok usia anak-anak cenderung paling banyak
terkena dampaknya. Sementara, kasus pada orang dewasa juga meningkat.
Mendengar
pemaparan tersebut, tentu membuat kita para ibu semakin menjadi khawatir akan
kesehatan anak-anak kita. Maka dari itu penting untuk mencegah DBD dengan cara
3MPlus dan Vaksin DBD, sangat membantu agar Aedes aegypti dapat
diberantas dan pengalaman gagalku menjaga kesehatan anak tidak lagi terulang.
DBD
Sang Silent Killer
Demam
berdarah sering disebut sebagai silent killer yang paling sering
mengancam nyawa anak-anak di Indonesia. Penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk
Aedes Aegypti ini kerap terlambat terdeteksi. Pasalnya, gejala demam
berdarah tidak langsung terlihat dan baru muncul setelah hari ke-4 hingga ke-14
dan bisa berlangsung selama satu minggu.
Biasanya,
anak yang terserang demam berdarah akan merasa nyeri pada otot dan sendi,
terlihat lemas, demam tinggi, tidak nafsu makan, pusing, dan terkadang muncul
bintik merah. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya penyakit demam
berdarah, disarankan untuk selalu mengaplikasikan #3MPlusVaksinDBD dalam
kehidupan sehari-hari. Membersihkan lingkungan secara rutin dengan menguras dan
menutup bak penampungan air yang kerap menjadi tempat berkembang biak nyamuk
serta mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Begitu
menginfeksi, virus DBD akan memperbanyak diri di dalam tubuh orang yang
terinfeksi. Orang tersebut bisa mengalami kebocoran plasma darah di dalam perut
secara tiba-tiba. Lalu, terjadi penyempitan intravaskuler atau pendarahan
berat. Kalau sudah begini, harus cepat-cepat dilarikan ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih intensif. Di fase ini bahkan ada kemungkinan
bisa menyebabkan kematian.
Yang dimaksud 3M adalah:
- Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, toren air, drum, tong, serta tempat yang sering tergenang air seperti pot bunga, bagian dari dispenser air minum, dan lain-lain.
- Menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, atau apapun yang berisi air.
- Mendaur ulang limbah barang bekas yang masih bisa digunakan agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Plus
mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan berbagai cara seperti memelihara ikan
pemakan jentik nyamuk, menggunakan Abate pada tempat penyimpanan air dan
cara-cara lainnya.
Sebagai
pelengkap perlindungan, saat ini sudah ada vaksin untuk DBD. Namun, sebelum
melakukan vaksin, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Saat
ini Vaksin DBD yang tersedia di Indonesia bisa diberikan kepada anak-anak usia
6 tahun hingga orang dewasa berusia 45 tahun, sesuai anjuran tenaga kesehatan.
Mengenal Vaksin Demam Berdarah
Demam berdarah dengue terdiri dari empat jenis virus dengue yaitu DENV1, DENV2, DENV3, hingga DENV4; dan siapapun dapat terkena demam berdarah dengue tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, dan gaya hidupnya. Setiap individu dapat terjangkit demam berdarah lebih dari satu kali dan yang berikutnya memiliki potensi lebih parah. Untuk itu diperlukan perlindungan yang menyeluruh agar terhindar dari keparahan penyakit demam berdarah dengue.
Vaksin demam berdarah dengue ini memiliki peran penting dalam pencegahan demam dengue, terutama di daerah-daerah di mana virus dengue tersebar luas. Meskipun vaksin tidak memberikan jaminan total terhadap penyakit, penggunaannya diharapkan dapat mengurangi keparahan gejala dan risiko terkena DBD, serta membantu mengendalikan penyebaran penyakit di masyarakat.
Keamanan Vaksin Demam
Berdarah
Vaksin
ini telah melalui serangkaian uji klinis untuk memastikan keamanan dan
efektivitasnya. Vaksin DBB yang saat ini tersedia di Indonesia dapat diberikan
kepada anak-anak dan dewasa usia 6-45 tahun.
Dengan penerapan #3MPlusVaksinDBD ini diharapkan kasus kematian akibat DBD di Indonesia menjadi nol pada tahun 2030. Juga, lebih banyak anak Indonesia yang terhindar dari DBD. Dengan demikian, angka pasien rawat inap karena DBD pun menurun atau bahkan tidak ada sama sekali.
Sebagai ibu yang anaknya pernah mengalami kondisi buruk akibat DBD, aku tau benar dan sangat menyarankan untuk para ibu memberikan privilege vaksin ini untuk anak-anak dan keluarga lainnya. Karena sungguh mencegah DBD itu jauh lebih penting daripada harus menghadapi keluarga yang telanjur terkena DBD atau bahkan diri sendiri yang mengalami sakit.
Semoga
dengan adanya edukasi semacam ini, masyarakat bisa lebih aware lagi terhadap
penyakit DBD dan mau mencari tahu lebih banyak lagi seputar penyakit dan perlindungannya
yang menyeluruh.
Jangan tunggu sakit justru jangan sampai sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar